Sego Lemeng: Warisan Kuliner Pejuang dari Desa Banjar Banyuwangi yang Kini Mendunia
Platmerah.com, Banyuwangi – Di tengah gempuran makanan modern dan cepat saji, masyarakat Desa Banjar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi tetap setia menjaga tradisi kuliner leluhur mereka yang penuh makna: Sego Lemeng, Makanan khas Suku Osing ini bukan sekadar kuliner biasa. Di balik aromanya yang menggoda dan cita rasanya yang gurih, Sego Lemeng menyimpan sejarah perjuangan panjang. Konon, makanan ini menjadi bekal para pejuang gerilya saat melawan penjajah Belanda di hutan-hutan Banyuwangi.
“Sego lemeng bukan hanya makanan, tapi simbol perjuangan. Dulu para pejuang memasak nasi dengan bambu karena keterbatasan alat dan bahan. Kini, kami melestarikannya sebagai identitas budaya,”
Sejarah yang Dibungkus Daun Pisang
Sego Lemeng, atau sering disebut nasi lemang, dibuat dengan cara unik. Nasi yang telah dibumbui dibungkus dengan daun pisang, dimasukkan ke dalam batang bambu, lalu dibakar di atas bara api. Proses pembakaran inilah yang memberikan aroma khas – perpaduan wangi daun pisang dan asap bambu yang meresap ke dalam nasi.
Pada masa penjajahan, nasi ini dimasak dari bahan-bahan sederhana seperti beras, ikan asin, atau sayuran hutan. Kini, variasinya lebih modern, seperti ayam suwir, telur dadar, hingga tambahan lalapan segar seperti timun dan tomat.
“Dulu bumbunya cuma garam. Sekarang sudah dimodifikasi agar lebih cocok dengan selera anak muda, tapi tetap mempertahankan cara masaknya yang tradisional,”
Dari Hutan ke Festival
Kini, Sego Lemeng menjadi daya tarik utama dalam berbagai acara budaya, salah satunya melalui Festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek yang rutin digelar di Desa Banjar. Ratusan wisatawan lokal hingga mancanegara datang mencicipi langsung makanan bersejarah ini.
Kopi Uthek, minuman pendamping sego lemeng, juga tak kalah unik. Disajikan dengan potongan gula aren yang digigit bersamaan saat menyeruput kopi panas, minuman ini memberi pengalaman baru dalam menikmati kopi khas pegunungan Banyuwangi.
Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono mengatakan, festival ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya sekaligus promosi pariwisata.
“Sego Lemeng adalah jati diri warga Osing. Kami ingin menjadikan Desa Banjar sebagai desa wisata kuliner berbasis sejarah dan budaya,” ujar Mujiono dalam pembukaan festival pada 6 September 2025 lalu.
Menuju Destinasi Wisata Kuliner
Terletak di kaki Gunung Ijen, Desa Banjar tidak hanya menawarkan panorama sawah hijau dan udara sejuk, tapi juga menyajikan pengalaman kuliner otentik yang kaya nilai sejarah.
Masyarakat setempat kini mulai menggagas paket wisata kuliner, edukasi pembuatan sego lemeng, hingga kelas memasak bagi wisatawan.
Dengan semangat menjaga warisan leluhur, Sego Lemeng kini menjadi simbol kekompakan dan semangat gotong royong masyarakat Desa Banjar untuk membawa potensi lokal mereka ke panggung nasional, bahkan internasional.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.